Disdikpora Tak Miliki Database Guru, Perlu Sekolah Model Percontohan di MBD
http://www.beritamalukuonline.com/2014/05/disdikpora-tak-miliki-database-guru.html
Ambon - Berita Maluku. Pengamat dunia pendidikan Maluku Herman Siamiloy menilai terpuruknya kualitas pendidikan di Kabupaten Maluku Barat Daya disebabkan tidak meratanya penyebaran tenaga guru di seluruh kecamatan yang sudah terbentuk maupun yang baru dimekarkan.
Namun, tidak meratanya penyebaran tenaga guru diakibatkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) MBD tak punya data base lengkap soal jumlah guru mata pelajaran yang diujiankan, baik untuk tingkat sekolah maupun untuk Ujian Nasional (UN).
’’Di SD Inpres Klis (Moa) misalnya, di situ hanya ada kepala sekolah yang merupakan guru umum dibantu tiga guru yang seluruhnya guru agama. Di Kecamatan lain pun persoalan ini terjadi karena Disdikpora MBD tak punya database yang lengkap tentang penyebaran guru maupun jumlah guru di suatu kecamatan. Saat ini MBD punya 17 kecamatan,’’ beber Siamiloy kepada Berita Maluku di Ambon, Selasa (13/5/2014).
Dijelaskan Siamiloy, terpuruknya kualitas pendidikan MBD dibanding sepuluh kabupaten dan kota lain di Maluku lebih diakibatkan tidak meratanya penyebaran guru-guru mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah (UAS) maupun UN.
’’Bayangkan saja di Moa yang kini merupakan ibu kota definitif MBD saja sudah begitu, apalagi kalau di Wetar yang pulaunya sangat berbatasan dengan Negara lain dan sangat minim penempatan tenaga guru di sana. Ada informasi SD di Wetar itu hanya dijalankan satu guru yang merangkap kepala sekolah. Kondisi ini kan sangat memprihatinkan,’’ ungkap mantan Kepala Tata Usaha Kopertis XII Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat itu.
Untuk mengangkat lagi dunia pendidikan MBD agar berkualitas dan bisa bersaing dengan kabupaten dan kota lain, Siamiloy mengusulkan perlunya pembentukkan sekolah model atau sekolah percontohan di seluruh kecamatan.
’’Jadi kalau ada 17 kecamatan berarti harus ada 51 sekolah percontohan mulai tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Maksudnya harus ada sekolah unggulan di setiap kecamatan MBD. Dan untuk mendukung sekolah percontohan ini, setiap sekolah di semua tingkatan harus ditempatkan guru-guru mata pelajaran UAS dan UN,’’ imbau pemuka masyarakat Moa, Kecamatan Moa ini. (bm 01/bm 12)
Namun, tidak meratanya penyebaran tenaga guru diakibatkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) MBD tak punya data base lengkap soal jumlah guru mata pelajaran yang diujiankan, baik untuk tingkat sekolah maupun untuk Ujian Nasional (UN).
’’Di SD Inpres Klis (Moa) misalnya, di situ hanya ada kepala sekolah yang merupakan guru umum dibantu tiga guru yang seluruhnya guru agama. Di Kecamatan lain pun persoalan ini terjadi karena Disdikpora MBD tak punya database yang lengkap tentang penyebaran guru maupun jumlah guru di suatu kecamatan. Saat ini MBD punya 17 kecamatan,’’ beber Siamiloy kepada Berita Maluku di Ambon, Selasa (13/5/2014).
Dijelaskan Siamiloy, terpuruknya kualitas pendidikan MBD dibanding sepuluh kabupaten dan kota lain di Maluku lebih diakibatkan tidak meratanya penyebaran guru-guru mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah (UAS) maupun UN.
’’Bayangkan saja di Moa yang kini merupakan ibu kota definitif MBD saja sudah begitu, apalagi kalau di Wetar yang pulaunya sangat berbatasan dengan Negara lain dan sangat minim penempatan tenaga guru di sana. Ada informasi SD di Wetar itu hanya dijalankan satu guru yang merangkap kepala sekolah. Kondisi ini kan sangat memprihatinkan,’’ ungkap mantan Kepala Tata Usaha Kopertis XII Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat itu.
Untuk mengangkat lagi dunia pendidikan MBD agar berkualitas dan bisa bersaing dengan kabupaten dan kota lain, Siamiloy mengusulkan perlunya pembentukkan sekolah model atau sekolah percontohan di seluruh kecamatan.
’’Jadi kalau ada 17 kecamatan berarti harus ada 51 sekolah percontohan mulai tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Maksudnya harus ada sekolah unggulan di setiap kecamatan MBD. Dan untuk mendukung sekolah percontohan ini, setiap sekolah di semua tingkatan harus ditempatkan guru-guru mata pelajaran UAS dan UN,’’ imbau pemuka masyarakat Moa, Kecamatan Moa ini. (bm 01/bm 12)