Pedagang Maluku Utara Permasalahkan Rute Tol Laut

BERITA MALUKU. Para pedagang di Maluku Utara (Malut) yang selama ini mendatangkan kebutuhan pokok dari Makassar mempermasalahkan rute tol laut yang dianggap tidak efisien.

"Sesuai keputusan dari pemerintah, rute tol laut yang akan melayani Malut dimulai dari Makassar-Tahuna-Lirung-Morotai-Tobelo-Ternate-Babang kemudian kembali ke Ternate-Tobelo-Morotai-Lirung-Tahuna-Makassar," kata salah seorang pedagang kebutuhan pokok di Malut Usman di Ternate, Senin (9/5/2016).

Menurut dia, rute tol laut dari Makassar menuju Malut tersebut tidak efisien karena kebutuhan pokok yang didatangkan baru bisa tiba di Ternate sekitar dua minggu, sehingga dikhawatirkan mengalami kerusakan dalam perjalanan, terutama kebutuhan pokok yang cepat membusuk.

Menurut Usman, para pedagang semula menyambut positif pengoperasian tol laut itu karena jadwalnya tetap dan biayanya lebih murah, tetapi dengan lamanya pelayaran untuk sampai di Ternate maka mereka kemungkinan akan memilih menggunakan kapal swasta.

Pedagang di Malut, khususnya di Ternate selama ini jika mendatangkan kebutuhan pokok dari Makassar menggunakan kapal swasta atau kapal perintis paling lama satu minggu, sehingga jarang sekali terjadi kerusakan kebutuhan pokok dalam pengangkutannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Malut Asrul Gailea mengatakan rute tol laut dari Makassar menuju Malut memang sangat panjang dan membutuhkan waktu pelayaran cukup lama sehingga beralasan kalau para pedagang di daerah ini mempermasalahkannya.

Oleh karena itu, Disperindag Malut akan mengusulkan ke pemerintah pusat untuk mengubah rute tol laut tersebut yakni dari Makassar langsung ke Sanana kemudian Babang terus ke Ternate-Tobelo-Morotai-Lirung-Tahuna dan Makassar.

Kalau usulan ini bisa dikabulkan pemerintah pusat maka tol laut dari Makassar ke wilayah Malut hanya membutuhkan waktu hanya satu minggu," katanya.

Tol laut dari Makassar ke Malut direncanakan mulai beroperasi pada pertengahan Mei 2016.