Situs Peninggalan Sejarah Jepang di Pulau Meti Tidak Terawat | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Situs Peninggalan Sejarah Jepang di Pulau Meti Tidak Terawat

BERITA MALUKU. Situs-situs sejarah peninggalan Jepang pada masa Perang Dunia II di Pulau Meti, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara mengalami kerusakan akibat tidak terawat, bahkan ada yang dialihfungsikan oleh warga setempat.

"Menurut informasi dari kepala desa setempat, dulu di pulau itu banyak sekali peninggalan Jepang, di antaranya stonewalls, mobil-mobil, roda-roda besar, tapi sekarang tidak ada lagi karena sudah dijual kepada pedagang besi tua," kata arkeolog Lucas Wattimena, di Ambon, Selasa (6/6/2017).

Ia mengatakan informasi tersebut didapatkan ketika ia dan tim melakukan penelitian mengenai tradisi pembuatan perahu tradisional masyarakat Halmahera Utara pada Maret 2017.

Dalam penelitian itu, para arkeolog menemukan beberapa temuan arkeologis masa Perang Dunia II masih tersisa, seperti satu buah meriam, enam lubang perlindungan, satu landasan pesawat terbang, bekas permukaan landasan berupa drum, dan satu bunker.

Sebagian besar temuan sudah dalam kondisi rusak berat, beberapa di antaranya bahkan sudah dialihfungsikan oleh penduduk.

Landasan pesawat terbang hanya menyisahkan bentuk lantai tanah berpermukaan rata dan digunakan sebagai jalan setapak dengan sederetan rumah berada di sebelah kiri dan kanannya.

Landasan pesawat terbang itu, dulunya dikerjakan oleh masyarakat Halmahera Utara yang dikumpulkan tentara Jepang. Sebelumnya ada sebuah hanggar di sana, tapi kini sudah tidak tersisa bekasnya karena telah dibuat rumah oleh penduduk.

Tak jauh berbeda dengan situs peninggalan lainnya, situs meriam Jepang yang berada di sisi selatan Pulau Meti, kurang lebih tiga meter dari bibir pantai dengan posisi menghadap ke laut yang mengarah ke Pulau Halmahera bagian timur (Kabupaten Halmahera Barat), juga sudah rusak berat.

Meriam dengan panjang hulu lima meter dan berdiameter 35 sentimeter tersebut, terlihat tidak terurus dengan kaki dan roda meriam terbenam ke dalam tanah.

Begitu pula dengan lubang-lubang perlindungan yang berada pada bagian selatan bibir pantai Pulau Meti (sebelah barat dari lokasi keberadaan meriam). Situs yang yang dibuat dari batuan alam memanjang secara horizontal searah garis pantai itu, sebagian besar sudah ditumbuhi semak belukar dan tertimbun longsoran tanah.

Sedangkan, bunker yang berada kurang lebih 50 meter dari lubang-lubang perlindungan, berada dalam kondisi memprihatinkan karena tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar yang dapat memperparah kerusakan situs.

"Pulau itu adalah bekas peninggalan Jepang setelah dipukul mundur oleh tentara Sekutu di Pulau Morotai tahun 1943," katanya.

Secara geografis, Pulau Meti berhadapan langsung dengan Lautan Pasifik. Untuk bisa sampai ke sana harus melalui pelabuhan tradisional di Desa Mawea yang bisa ditempuh dengan jalan darat selama satu jam dari Kota Tobelo.

Perjalanan dari pelabuhan tradisional Desa Mawea ke Pulau Meti bisa dilakukan dengan menggunakan pambot (perahu tradisional orang Sangir, Sulawesi Utara).
Malut 542205801577476270
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks