Menelisik MBD, Jantung Selatan NKRI (2): Pangkalan Udara Sekutu Di Moa

Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) tak hanya kaya akan potensi gas alam cair (Liquid Natural Gas), mineral serta bahan-bahan tambang lainnya, seperti emas, tembaga, mangan dan nikel. Jejak-jejak peninggalan kolonialisme Eropa maupun Jepang juga terpatri hingga saat ini.

DARI pendekatan geopolitik global abad ke-20, Pulau Moa, Kecamatan Moa, Kabupaten MBD, pernah menjadi arena perebutan kekuasaan antara pasukan Jepang dan angkatan udara Sekutu saat berkecamuknya Perang Dunia II (1942-1945) di Pasifik Selatan.

Dari bukti-bukti sejarah yang ada, tampaknya pasukan kecil Jepang pimpinan Ohara cs menjadikan Desa Tounwawan sebagai markas pertahanan, sementara tentara Sekutu pimpinan Amerika Serikat, Inggris dan Australia menjadikan Dusun Nyama, Desa Klis, sebagai lokasi pendaratan alami pesawat-pesawat tempur Mustang milik mereka.

Tujuan pasukan Sekutu menjadikan lapangan terbang di Nyama sebagai pangkalan udara semata-mata untuk memantau sekaligus menghancurkan basis-basis pasukan kecil Jepang yang tersebar sporadik di kepulauan Babar, Luang, Sermata, Lakor, Moa, Letti dan Kisar.
Setelah selesainya PD II, Lapangan terbang alami di Nyama masih kerap dikunjungi pesawat-pesawat kecil milik Australia. Alih-alih mengangkut sapi dan kerbau, tentara Australia masih melirik Lapangan terbang Nyama sebagai lokasi yang strategis di abad ke-21.

Pada dekade 1980an silam, Presiden Soeharto sempat mengeluarkan perintah yang isinya melarang pendaratan tiba-tiba pesawat Australia di Lapangan terbang Nyama. Dekat dengan lapangan terbang ini terbentang luas pasir putih pantai Gerdaris.

Lokasi ini relative cocok dijadikan arena wisata keluarga atau tempat reuni anak muda untuk menggaris romatisme masa lampau, masa-masa di sekolah tempo dulu. Penasaran?Datanglah ke tempat ini. (RONY SAMLOY)