Kepsek Dinilai Arogan, Guru-guru SMPN 6 Ambon Resah
http://www.beritamalukuonline.com/2013/11/kepsek-dinilai-arogan-guru-guru-smpn-6.html
Wawali, DPRD Kota Ambon Diminta Panggil Mahulette
Ambon - Berita Maluku. Jan Mahulette bukan tipikal seorang pemimpin yang baik. Selain berupaya membangun dinasti kepemimpinan di sekolah, menganakemaskan kroni-kroninya, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 6 Ambon ini juga acap kali memaki-maki, menghina-hina, dan menginjak-injak harga diri para staf gurunya sendiri di depan ruang publik.
’’Selain angkuh, arogan, suka menyimpan dendam, beliau (Jan Mahulette) juga menerapkan suka dan tidak suka kepada bawahannya. Katong pung harga diri sebagai guru diinjak-injak di depan umum, bahkan katong jua dibikin kaya seng punya derajat deng status sosial di depan katong pung anak murid,’’ beber puluhan oknum guru SMPN 6 Ambon dengan dialek Ambon, Rabu (6/11/2013).
Diungkapkan sumber-sumber tepercaya itu, saat ini guru-guru SMPN 6 Ambon sudah seperti dijajah kepsek mereka, yang tak melakoni diri sebagai gembala yang baik, tapi sebagai seorang diktator.
’’Harusnya kalau katong salah, katong dapa panggel lalu antua kasih pembinaan dengan kata-kata bijak deng akang kadangaran sopan. Tapi, selama ini dalam rapat antua selalu maki-maki, marah-marah, dan hina-hina katong. Antua bilang kalau ibu-ibu yang seng tarima ini silahkan lapor suami atau lapor sapa saja. Katong tersinggung karena katong jua pung harga diri,’’ kesal para guru.
Kabarnya Mahulette berlaku arogan karena merasa menjadi bagian dari ’lingkaran satu’ atau orang dekat Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikor) Kota Ambon Benjamin Kainama dan Wali Kota Richard Louhenapessy. Keresahan guru-guru SMPN 6 Ambon membuncah ketika Rabu pagi mereka tak diperkenankan masuk oleh kepsek.
’’Karena katong terlambat, katong seng dapa masuk sekolah par mengajar. Padahal kalo lihat waktu di jam tangan sebenarnya belum, karena masih pukul 07.30. Pintu kan dikunci jam 08.00. Katanya kepsek yang suruh guru-guru yang terlambat badiri di luar. Katong badiri berjam-jam di luar, tapi Kepsek seng pastiu, malah antua pimpin rapat lalu marah-marah katong tanpa alasan jelas. Katong bingung sebab waktu Rapat dewan guru tanggal 31 Oktober 2013 yang dipimpin Wakil Kepsek (Salmon Timisela), katong diinstruksikan untuk kerja bakti pada Rabu. Kalau belum selesai berarti Kamis dilanjutkan. Semua guru diharuskan menggunakan pakaian olahraga. Hanya saja, karena hari ini ada yang datang dengan pakaian biasa dan pakaian dinas, terpaksa pulang ganti baju kaos olahraga. Tapi, waktu sampe di sekolah, pintu pagar, termasuk pintu untuk tamu dikunci. Jadi, katong deng siswa-siswa dibiarkan di luar pagar. Coba bayangkan kalau siswa baku sengaja deng terjadi sesuatu par dong pung keselamatan, sapa itu yang harus bertanggungjawab. Apalagi posisi SMPN 6 di muka jalan utama,’’ tutur mereka.
Disebutkan, penguncian pintu pagar bagi tamu merupakan upaya kepsek untuk menghambat pelayanan publik. ’’Kalau pintu tamu dikunci, bagaimana pelayanan mau jalan dengan baik. Padahal, wali kota sudah tekankan untuk mengutamakan pelayanan publik,’’ sebut para guru.
Disesalkan mereka, kepsek tak memedulikan pembangunan kualitas siswa dan guru, tapi sebaliknya mengutamakan pembangunan fisik. ’’Bagaimana pemkot tekankan pentingnya sekolah bangun karakter siswa, kalau karakter guru-guru dimatikan kepsek mereka sendiri.
Untuk membangun dinasti kepemimpinan, ungkap mereka, kepsek membangun kroni dengan bendahara, wakasek, kepala urusan kurikulum, bagian hubungan masyarakat (humas) dan kepala perpustakaan. Akibat membangun kroni-kroni, banyak anggaran sekolah yang penggunaannya tak jelas.
’’Guru-guru yang dianggap berseberangan pendapat dimatai-matai. Jadi kepsek juga pasang mata-mata di sekolah. Ini yang katong mau bilang beliau tak pantas jadi kepsek SMPN 6 Ambon. Kalau kondisi ini terus dipertahankan mutu pendidikan deng siswa-siswa akan dikorbankan. Selama ini mungkin orang nonton di televisi ada seremonial itu dan ini, tapi kalau mau jujur, pendidikan di SMPN 6 Ambon su sekarat, dan katong merasa teraniaya, semakin hari katong semakin resah deng bingung. Katong pung karakter su dapa bunuh,’’ ucap mereka.
Mereka berharap Wakil Wali Kota Ambon Sam Latuconsina dan Komisi IV DPRD Kota Ambon segera memanggil kepsek SMPN 6 Ambon untuk mengklarifikasi hal ini. ’’Bila perlu antua dimutasikan ke sekolah lain, karena gaya kepemimpinan antua sangat sombong, suka hina-hina guru, suka marah-marah anak buah tanpa alasan, deng antua suka maki-maki guru-guru,’’ desak mereka. Sayangnya, Mahulette yang dikonfirmasi di dua nomor ponselnya, 081317169666 dan 08219888366 tak berhasil karena tak aktif. (bm 01)
Ambon - Berita Maluku. Jan Mahulette bukan tipikal seorang pemimpin yang baik. Selain berupaya membangun dinasti kepemimpinan di sekolah, menganakemaskan kroni-kroninya, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 6 Ambon ini juga acap kali memaki-maki, menghina-hina, dan menginjak-injak harga diri para staf gurunya sendiri di depan ruang publik.
’’Selain angkuh, arogan, suka menyimpan dendam, beliau (Jan Mahulette) juga menerapkan suka dan tidak suka kepada bawahannya. Katong pung harga diri sebagai guru diinjak-injak di depan umum, bahkan katong jua dibikin kaya seng punya derajat deng status sosial di depan katong pung anak murid,’’ beber puluhan oknum guru SMPN 6 Ambon dengan dialek Ambon, Rabu (6/11/2013).
Diungkapkan sumber-sumber tepercaya itu, saat ini guru-guru SMPN 6 Ambon sudah seperti dijajah kepsek mereka, yang tak melakoni diri sebagai gembala yang baik, tapi sebagai seorang diktator.
’’Harusnya kalau katong salah, katong dapa panggel lalu antua kasih pembinaan dengan kata-kata bijak deng akang kadangaran sopan. Tapi, selama ini dalam rapat antua selalu maki-maki, marah-marah, dan hina-hina katong. Antua bilang kalau ibu-ibu yang seng tarima ini silahkan lapor suami atau lapor sapa saja. Katong tersinggung karena katong jua pung harga diri,’’ kesal para guru.
Kabarnya Mahulette berlaku arogan karena merasa menjadi bagian dari ’lingkaran satu’ atau orang dekat Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikor) Kota Ambon Benjamin Kainama dan Wali Kota Richard Louhenapessy. Keresahan guru-guru SMPN 6 Ambon membuncah ketika Rabu pagi mereka tak diperkenankan masuk oleh kepsek.
’’Karena katong terlambat, katong seng dapa masuk sekolah par mengajar. Padahal kalo lihat waktu di jam tangan sebenarnya belum, karena masih pukul 07.30. Pintu kan dikunci jam 08.00. Katanya kepsek yang suruh guru-guru yang terlambat badiri di luar. Katong badiri berjam-jam di luar, tapi Kepsek seng pastiu, malah antua pimpin rapat lalu marah-marah katong tanpa alasan jelas. Katong bingung sebab waktu Rapat dewan guru tanggal 31 Oktober 2013 yang dipimpin Wakil Kepsek (Salmon Timisela), katong diinstruksikan untuk kerja bakti pada Rabu. Kalau belum selesai berarti Kamis dilanjutkan. Semua guru diharuskan menggunakan pakaian olahraga. Hanya saja, karena hari ini ada yang datang dengan pakaian biasa dan pakaian dinas, terpaksa pulang ganti baju kaos olahraga. Tapi, waktu sampe di sekolah, pintu pagar, termasuk pintu untuk tamu dikunci. Jadi, katong deng siswa-siswa dibiarkan di luar pagar. Coba bayangkan kalau siswa baku sengaja deng terjadi sesuatu par dong pung keselamatan, sapa itu yang harus bertanggungjawab. Apalagi posisi SMPN 6 di muka jalan utama,’’ tutur mereka.
Disebutkan, penguncian pintu pagar bagi tamu merupakan upaya kepsek untuk menghambat pelayanan publik. ’’Kalau pintu tamu dikunci, bagaimana pelayanan mau jalan dengan baik. Padahal, wali kota sudah tekankan untuk mengutamakan pelayanan publik,’’ sebut para guru.
Disesalkan mereka, kepsek tak memedulikan pembangunan kualitas siswa dan guru, tapi sebaliknya mengutamakan pembangunan fisik. ’’Bagaimana pemkot tekankan pentingnya sekolah bangun karakter siswa, kalau karakter guru-guru dimatikan kepsek mereka sendiri.
Untuk membangun dinasti kepemimpinan, ungkap mereka, kepsek membangun kroni dengan bendahara, wakasek, kepala urusan kurikulum, bagian hubungan masyarakat (humas) dan kepala perpustakaan. Akibat membangun kroni-kroni, banyak anggaran sekolah yang penggunaannya tak jelas.
’’Guru-guru yang dianggap berseberangan pendapat dimatai-matai. Jadi kepsek juga pasang mata-mata di sekolah. Ini yang katong mau bilang beliau tak pantas jadi kepsek SMPN 6 Ambon. Kalau kondisi ini terus dipertahankan mutu pendidikan deng siswa-siswa akan dikorbankan. Selama ini mungkin orang nonton di televisi ada seremonial itu dan ini, tapi kalau mau jujur, pendidikan di SMPN 6 Ambon su sekarat, dan katong merasa teraniaya, semakin hari katong semakin resah deng bingung. Katong pung karakter su dapa bunuh,’’ ucap mereka.
Mereka berharap Wakil Wali Kota Ambon Sam Latuconsina dan Komisi IV DPRD Kota Ambon segera memanggil kepsek SMPN 6 Ambon untuk mengklarifikasi hal ini. ’’Bila perlu antua dimutasikan ke sekolah lain, karena gaya kepemimpinan antua sangat sombong, suka hina-hina guru, suka marah-marah anak buah tanpa alasan, deng antua suka maki-maki guru-guru,’’ desak mereka. Sayangnya, Mahulette yang dikonfirmasi di dua nomor ponselnya, 081317169666 dan 08219888366 tak berhasil karena tak aktif. (bm 01)