Perang Huamual Berawal Dari Perselingkuhan | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Perang Huamual Berawal Dari Perselingkuhan

PADA abad ke – 17 di Jasirah Huamual Pulau Seram Bagian Barat, berkuasa seorang raja bernama Pati Malaka yang sangat bijaksana. Daerahnya mencapai 99 buah negeri dan berpusat di negeri Luhu. Luhu sebagai pusat pemerintahan dibangun secara gotong royong oleh rakyat Huamual.

Pekerjaan dimulai dari Seri Kambelo di bagian barat Huamual sampai ke Negeri Luhu yang terletak di Huamual bagian Timur. Pekerjaan pembangunan Negeri Luhu sering dikerjakan sambil berdendang dengan kapata yang berbunyi: Lima tea liman, lima hala tea hatu, hela Seri Kambelo nusa kota Luhu, artinya: Tangan dari tangan, tangan membawa batu, dari Seri Kambelo untuk membangun kota Luhu.

Patti Malaka juga mempunyai seekor burung nuri yang diberi nama “petani”. Burung ini sangat pintar berbicara, sehingga oleh Patti Malaka dijadikan sebagai kurir atau mata-mata. Disamping sebagai seorang raja ia juga seorang pedagang. Ia selalu merantau untuk berdagang sampai ke Kerajaan Tidore dan Ternate bahkan sampai ke Tiongkok dengan menggunakan perahu layar yang diberi nama “Bintang Siang”.

Sistem perdagangan yang ia lakukan adalah system barter (pertukaran barang dengan barang) Patti Malaka membawa cengkeh dan pala yang ditukar dengan barang-barang seperti piring-piring, berlian, gong kuningan dan lain sebagainya.

Suatu hari ketika ia sedang pergi berdagang meninggalkan istri dan rakyatnya, datang serombongan orang-orang Belanda dipimpin oleh tuan Vector untuk membeli rempah-rempah di jasirah Huamual. Di negeri ini mereka menginap di rumah Patti Malaka, walaupun Patti Malaka tidak ada.

Sekian lama tinggal di rumah Patti Malaka, tuan Vector mulai tertarik dengan istri Patti Malaka. Pada setiap kesempatan, ia mulai mendekati istri Patti Malaka. Rupanya sepak terjang tuan Vector terus diperhatikan oleh si petani, kurir Patti Malaka. Ia pun terbang mencari Patti Malaka dan memberitahukan hal tersebut.

Berita itu diterima Patti Malaka dengan sambil berpikir bagaimana caranya supaya dapat menghukum tuan Vector dan istinya, sekaligus siap menentang Belanda. Ia pun segera pulang ke Luhu untuk menyusun rencananya.

Pada waktu bertemu dengan istrinya, ia tidak berbuat apa-apa. Ia hanya menyuruh istrinya menyediakan hidangan untuk ia dan tuan Vector. Disamping itu ia menyuruh juga menyiapkan sebuah tempat minum yang besar dan dalam untuk tuan Vector.

Rencana Patti Malaka tidak diketahui oleh siapapun termasuk istrinya sendiri. Setelah hidangan tersedia, Patti Malaka menyuruh istrinya mengundang tuan Vector untuk makan. Patti Malaka menyambut tuan Vector dengan sangat ramah.

Pada saat makan, Patti Malaka selalu memperhatikan tuan Vector. Dalam hatinya hari ini aku akan menghukum orang yang telah melanggar adat istiadat di negeriku. Pada saat tuan Vector minum, maka Patti Malaka merencanakan niatnya memancung leher tuan Vector dan kemudian memancung juga leher istrinya.

Setelah peristiwa itu terjadi, Patti Malaka segera mempersiapkan rakyatnya untuk menghadapi ekspedisi belanda, sebelum Belanda mengirim pasukannya untuk menghukum Patti Malaka dan rakyat Huamual.

Patti Malaka kemudian diangkat menjadi kapitan perang yang digelar Kapitan Ulupaha alias Huamual. Setelah ia menerima amanat rakyat, ia kemudian melakukan pertapaan di hutan. Setelah menjalani pertapaan, Patti Malaka atau kapitan Ulupaha lebih sakti bahkan ia dapat melihat tembus pandang ke bagian belakang kepala sehingga ia disebut juga kapitan bermata empat.

Berita meninggalnya tuan Vector telah terdengar oleh Belanda. Mereka kemudian mengirim ekspedisi untuk menyerang Patti Malaka dan rakyatnya, namun selalu gagal. Dalam menghadapi bangsa Belanda, Patti Malaka dan rakyat Huamual dibantu oleh seekor burung garuda yang dapat berkomunikasi dengan Patti Malaka. Burung ini selalu menyerang dan menghancurkan kapal-kapal yang akan memasuki perairan Huamual.

Kegagalan yang dihadapi pasukan Belanda, menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengalahkan burung garuda tersebut. Pada setiap kapal yang akan berlayar ke jasirah Huamual di puncak tiang kapal dipasang pisau, sehingga pada saat burung Garuda menyerang, ia akan terkena pisau. Demikian pada saat Belanda menyerang Huamual, burung garuda kembali meyerang mereka namun untuk tak dapat ditolak malang tak dapat diraih, burung itu masuk dalam perangkap yang dibuat oleh Belanda. Ia pun luka parah. Burung tersebut terbang ke sarangnya dan beberapa hari kemudian ia pun mati.

Kematian burung garuda tidak membuat rakyat Huamual menjadi patah semangat, mereka tetap memberikan perlawanan yang gigih kepada Belanda. Alhasil Belanda selalu mengalami kegagalan. Belanda kemudian menususn taktik baru yaitu mengadu domba rakyat.

Rupanya taktik tersebut berhasil. Rakyat Huamual mulai terpengaruh dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk minta bantuan rakyat Piru, Eti, Kaibobu, Asilulu dan Larike dengan imbalan siapa yang dapat mengalahkan Patti Malaka atau kapitan Ulupaha akan mendapatkan hadiah dari pemerintah Belanda.

Masing-masing desa pun mulai menyusun rencana dan strategi untuk dapat melawan Patti Malaka. Selain itu Belanda mulai mengirim ekspedisi hongi untuk melenyapkan pohon-pohon cengkih dan pala yang berada di jasirah Huamual.

Pasukan Eti, Piru, Kaibobu, Asilulu dan Larike yang dipimpin oleh seorang kapitan mulai mengatur strategi. Pasukan Piru (Hatutelu) dan Eti menyerang dari arah selatan, Kaibobu yang dipimpin oleh kapitan Manuputty menyerang dari arah Timur.

Kapitan Manuputty setelah menyeberang laut mereka singgah di suatu tempat yang kemudian dinamakan “Honipopu” artinya tempat persembunyian pasukan dari poput (Kaibobu). Setelah mereka semua tiba di Huamual barulah mereka sadar bahwa kapitan Ulupaha bermata empat sehingga sulit untuk diserang dari arah manapun.

Kapitan Manuputty lalu mencari akal bagaimana supaya dapat mengalahkan kapitan Ulupaha supaya ia dapat mengambil hadiah tersebut. Ia pun menyuruh pasukannya untuk menghamburkan daun-daun rumbia atau daun atap yang kering di sekitar pusat pertahanan Ulupaha.

Hal ini dilakukan selama beberapa hari pada waktu malam. Setelah itu ia mulai menyerang kapitan Ulupaha dan pasukannya, untuk masuk dalam jebakan yang dibuatnya. Maka ketika Ulupaha berusaha untuk mengalahkan kapitan Manuputty maka ia pun tergelincir dan jatuh. Kesempatan ini digunakan oleh kapitan Manuputty untuk membunuh kapitan Ulupaha.

Dengan tewasnya kapitan Ulupaha maka rakyat Huamual yang tersebar di 99 negeri menjadi heran dan bingung. Mereka pun sadar bahwa yang mereka hadapi adalah bangsa sendiri, karena itu mereka bertekad untuk dapat menghindar dari perang saudara. Maka dengan serentak mereka bangkit melawan Belanda.

(Sumber: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Malut).


Ceritera Rakyat 5739729405477845505
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks