Bandara Pattimura Kembali Berstatus Internasional, DPRD Maluku Desak Dispar Tampil Jadi “Manajer” Pariwisata
AMBON - BERITA MALUKU. Wakil Ketua Komisi II DPRD Maluku, John Laipeny menegaskan bahwa kembalinya status Bandara Pattimura sebagai Bandar Udara Internasional harus dibarengi dengan perubahan besar dalam tata kelola pariwisata Maluku.
Ia menilai, sektor ini membutuhkan manajer baru yang memiliki kepiawaian dan kreativitas tinggi dan posisi itu, tegasnya, harus diambil alih oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
“Bandara internasional butuh manajer. Untuk meningkatkan pariwisata, Kadis Pariwisata harus menjadi manajer. Ia harus punya kemampuan mendatangkan investor dan menggerakkan pelaku usaha lokal,” ujar Laipeny kepada wartawan di rumah rakyat, karang panjang, Ambon, Senin (17/12/2025).
Menurutnya, pariwisata tidak akan berkembang tanpa terobosan. Ia mencontohkan minimnya atraksi budaya yang dapat dinikmati wisatawan begitu tiba di Ambon.
“Orang datang harus bisa melihat tari-tarian tradisional yang menarik. Sekarang ini sudah jarang. Live music di sudut kota harus ditingkatkan,” tegasnya.
Politisi dari Partai Gerindra itu juga menyoroti potensi wisata bahari yang belum dikelola maksimal. Lokasi diving profesional masih terbatas, sementara banyak daerah dengan pesona laut kelas dunia tetapi belum tersedia fasilitas memadai.
Ia menyoroti mahalnya biaya perjalanan dari Ambon ke daerah-daerah wisata unggulan seperti Maluku Barat Daya (MBD) dan Kepulauan Kei.
“Ambon ke MBD atau Kei rata-rata harga tiket Rp1,5 juta ke atas. Ini harus dicarikan solusi,” katanya.
Wakil rakyat dari Dapil VII itu juga meminta Dinas Pariwisata berani mengambil langkah inovatif, termasuk membangun jejaring dengan NTT yang memiliki pengalaman besar dalam pengelolaan wisata.
“Mereka datang dari perairan selatan. Tour trip Labuan Bajo bisa ditarik sampai Ambon atau MBD. Itu harus dijajaki, jangan menunggu orang datang lalu hanya dicatat tanpa meninggalkan kesan baik.”
Laipeny menegaskan Maluku tidak bisa mengembangkan pariwisata sendirian. Keterlibatan investor, kerja sama antar daerah, serta promosi agresif harus digencarkan.
Bahkan tegasnya event Ambon-Darwin yang dulu sempat berjalan adalah peluang yang harus dihidupkan kembali. Untuk itu, Dinas Parawisata harus berani menciptakan event besar yang mampu menarik minat wisatawan global.
Namun ia mengingatkan, semua promosi tidak akan efektif bila fasilitas penunjang masih minim.
“Pariwisata ini tidak bisa asal-asalan. Harus ada orang kreatif. Kalau manajernya mampu melakukan maintenance yang baik, meskipun berbiaya mahal, orang pasti akan datang,"tuturnya.
Laipeny juga mendorong agar pemerintah menggandeng swasta serta pemerintah negeri di daerah-daerah wisata untuk membenahi fasilitas, infrastruktur, dan layanan dasar bagi wisatawan.
“Pariwisata Maluku harus dikelola dengan kreativitas dan manajemen profesional. Bandara sudah internasional, kini saatnya pariwisata ikut naik kelas,” pungkasnya.
