Kepiting Bakau di Namrole Seharga Rp50 ribu/Kg, Habis Terjual | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Kepiting Bakau di Namrole Seharga Rp50 ribu/Kg, Habis Terjual

NAMROLE - BERITA MALUKU. Kelompok Air Waetina, pembudidayaan kepiting bakau di Desa Waefusi Kecamatan Namrole Kabupaten Buru Selatan (Bursel), menjual kepiting dengan harga Rp.50 ribu/Kg. Kepiting-kepiting itu habis terjual.

Pemilik kelompok pembudidaya kepiting bakau, Laampa kepada media ini mengatakan, saat ini kepiting-kepitingnya telah habis terjual. Pembelinya kata Laampa tidak hanya dari kota Namrole tetapi juga dari luar kota Namrole.

"Kadangkala Rp.300 ribu, kadang kala Rp.200 ribu perhari, kadang kala habis semua, dijual Rp.50 ribu/kg, kepiting yang besar bisa mencapai 1Kg lebih," jelas Laampah.

Berapa banyak kepiting yang dibudidayakan, kata Laampa, jumlah kepiting yang dipelihara tidak dipastikan jumlahnya.

"Cuman untuk makanan kepiting juga lumayan (banyak), butuh anggaran banyak untuk beli ikan, makanannya ikan," jelas Laampa.

Kata Laampa, jika kepiting yang dipelihara ada 50 ekor dan makanan yang diberikan sedikit maka kepiting-kepiting itu saling merebut makanan.

Dikatakan Laampa bahwa, jika hanya dengan biaya Rp.50 ribu untuk makanan kepiting sangat tidak cukup.

"Kesulitan dalam pelihara kepiting ini kendalanya di makanannya," kata Laampah.

Masih kata Laampa, bahwa budidaya kepiting bakau ini sejak 2016. Dan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Buru Selatan pernah mereka dapat berupa peralatan pompa air.

"Kami tidak pernah ikut pelatihan, dan kami tidak pernah dapat bantuan modal, hanya peralatan saja," jelasnya.

Selain budidaya kepiting bakau, Laampah juga memelihara ikan mujair yang didapat dari DKP Bursel.

Ia berharap, adanya bantuan modal dari DKP Buru Selatan untuk lebih meningkatkan peternakan kepiting bakau miliknya.

Ditanya dari mana bibit kepiting didapat, kata Laampah, ia bersama anak-anaknya mencari di hutan bakau kemudian mereka pelihara hinggah besar.

"Saat ini kepiting suda habis (terjual), sedang musim hujan, kami belum bisa cari karena banjir," katanya.

Tutup bapak asal Sulawessi Tenggara ini bahwa, ia mendiami Pulau Buru ini sejak tahun 1965 hingga kini. Ia berharap adanya perhatian dari pemda setempat untuk lebih mengembangkan usaha peternakan kepiting bakau miliknya. (AZMI)
Ekonomi 1420017257571058760
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks