Kasus Kekerasan Terhadap Wartawan, Supir Bupati Bursel Bakal Diperiksa Polisi | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Kasus Kekerasan Terhadap Wartawan, Supir Bupati Bursel Bakal Diperiksa Polisi

Du Soulisa (Tengah) diapit oleh Anak Bupati Aris Soulisa (Kiri) dan ajudan bupati Iwan Umasugi (Kanan)
NAMROLE - BERITA MALUKU. Du Soulissa, kerabat Bupati Buru Selatan (Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa yang diebut-sebut menyuruh Syarifudin Pellu melakukan pemukulan terhadap Bernardo Leluly, salah satu anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bursel bakal diperiksa polisi.

Du Solissa yang nota bene menjadi supir pribadi Bupati Bursel ini akan diperiksa  polisi karena diduga menyuruh pelaku kekerasan itu memukul korban hingga mengalami luka di beberap bagian tubuh. Rencana pemeriksaan terhadap bersangkutan diketahui lantaran pihak Penyidik Polsek Namrole telah melayangkan surat panggilan kepada yang bersangkutan.

“Panggilan sudah dikirim kepada yang bersangkutan (Du Solissa) kemarin siang untuk menghadap hari Sabtu (23/3),” kata Kapolsek Namrole, AKP Yamin Selayar, Kamis (21/3/2019).

Perwira polisi ini mengatakan, jika nantinya, Du tak menghadiri panggilan polisi, maka penyidik Polsek akan kembali melayangkan panggilan kedua.

“Kalau dia tidak datang, kita buat panggilan kedua sesuai aturan,” ucapnya.

Kapolsek mengaku ketika Kanit Reskrim Polsek Namrole Aiptu Anthon memeriksa pelaku Syarifudin Pellu,  Pellu mengaku bahwa dirinya disuruh oleh Du Solissa dan tidak ada orang lain yang mendengarnya.

“Di waktu Pa Anthon periksa dia, yang dengar pembicaraan itu hanya dia dan Du. Tidak ada yang lain. Jadi, kita dalami dulu baik-baik,” terangnya.

Sebelumnya diberitakan, Syarifudin Pellu, warga Desa Masnana, Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan (Bursel) diduga merupakan suruhan kerabat Bupati Buru Selatan (Bursel) menganiaya wartawan Koran Tahuri, Bernardo Leluly, Minggu (17/3) hingga mengalami luka robek di atas bibir, memar di siku kiri dan di lutut.

Leluly kepada rekan-rekan wartawan di Polsek Namrole, Senin (18/03) usai memberikan keterangan kepada polisi selaku saksi korban mengaku kronologis kasus penganiayaan yang dialaminya itu terjadi pada pukul 23.40 wit ketika ia kembali dari membeli rokok di kios yang tidak jauh dari kos-kosannya.

“Dia pukul dari belakang lalu picah bibir atas. Pas waktu dapat pukul langsung beta jatuh dan ada lecet di tangan dan lutut,” kata pria yang akrab disapa Nardo ini.

Kendati sempat jatuh, Nardo lalu berupaya mengejar pelaku sambil minta tolong. Dikatakan saat itu pelaku berlari kea rah Restaurant milik almarhum Wakil Bupati Bursel, tiba-tiba datanglah sejumlah anggota Polsek Namrole yang sementara melakukan patroli malam dan langsung menangkap pelaku.

“Kebetulan saat itu anggota Polsek Namrole sementara patroli malam, persis di depan Resto almarhum Pak Wakil, pelaku langsung di tahan. Sedangkan beta sendiri dibawa ke rumah sakit untuk di visum. Waktu visum selesai, arahan dari Polisi besok (Senin-red) pukul 09.00 WIT baru buat laporan karena sudah larut malam,” ungkapnya.

Besoknya pada Senin (18/03) Nardo dan istrinya mendatangi Mapolsek Namrole bersama salah satu saksi lainnya, Elvis Pelasulla untuk memberikan keterangan kepada pihak kepolisian.

“Pelakunya Syarifudin Pellu. Dugaan sementara dia disuruh oleh orang lain untuk pukul beta (saya-red). Hubunga beta dengan pelaku tidak ada apa-apa, kenal pun tidak, namanya juga tidak. Setelah pemeriksaan baru diketahui namanya Syarifudin Pellu,” ujarnya.

Nardo menduga kasus pemukulan yang dialaminya ini ada hubungannya dengan berbagai pemberitaan yang dilakukannya selama ini selaku seorang jurnalis sehingga untuk mengetahui secara jelas motif pemukulan terhadap dirinya Ia meminta agar pihak kepolisian dapat segera memanggil dan memeriksa otak intelektual dibalik kasus tersebut.

“Jadi kemungkinan ada mata rantai, ada orang lain lagi yang penyuruh penyuruh dan yang menyuruh Pellu. Kemungkinan ada tiga orang terduga pelaku. Jadi, kalau bisa orang-orang ini juga diperiksa supaya bisa tahu titik persoalannya kenapa,” pintanya.

Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bursel ini berharap PWI Kabupaten Bursel, PWI Maluku, PWI Pusat maupun Komnas HAM RI turut membantu mengawal kasusnya ini sehingga tidak diintervensi oleh oknum-oknum tertentu.

“Jadi, beta memohon dukungan dari PWI dari Bursel, PWI Provinsi, PWI Pusat dan kalau bisa juga dari Komnas HAM bisa memberikan support dan dukungan terkait persoalan ini. Karena memang ada dugaan kuat ini ada kaitannya dengan pemberitaan-pemberitaan selama ini di Bursel,” pintanya.

Jika kasus-kasus seperti ini dibiarkan dan tak ada efek jerah bagi pelaku maupun otak intelektualnya, maka ditakutkan ke depan akan ada korban-korban penganiayaan seperti yang ia alami.

“Jadi, selaku anggota PWI yang juga sudah lulus Ujian Kompetensi Wartawan (UKW) yang punya legalitas UKW, saya memohon dukungan dari PWI dan aliansi jurnalis yang lain sehingga kedepan jangan sampai ada lagi kasus-kasus yang sama seperti yang beta alami,” pintanya.

Tak hanya itu, jajaran kepolisian Polres Buru, Polda Maluku maupun Mabes Polri juga diminta mengawal penanganan kasus yang sementara ditangani Mapolsek Namrole itu.

“Beta juga meminta dukungan dari pihak-pihak kepolisian, baik Polsek, Polres, Polda Maluku maupun Kapolri juga kalau bisa mengawal kasus ini sehingga kasus ini benar-benar transparan bagi kami jurnalis yang ada di Bursel, dan Maluku pada umumnya seluruh jurnalis di Indonesia agar kasus-kasus pemukulan terhadap wartawan tidak kembali terjadi, karena kasus ini diduga ada kaitan dengan pemberitaan selama ini,” tuturnya.

Sementara itu, Syarifudin Pellu, pelaku pemukulan mengaku aksi pemukulan yang dilakukan oleh dirinya terhadap Nardo karena disuruh oleh kebarat dekat Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulissa yakni Du Suolissa yang sehari-hari bekerja sebagai Supir Bupati.

“Du yang suruh. Supir Bupati,” kata Syarifuddin kepada wartawan di Mapolsek Namrole, Senin (18/03).
Menurut Syarifudin, Ia disuruh langsung oleh Du Soulissa yang datang langsung ke kediamannya di Masnana kendati tak ada imbalan apa-apa.

“Di rumah di Masnana dua minggu lalu, tidak kasih uang,” ungkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu.

Syarifufin mengaku bahwa Du Soulissa beberapa kali meminta ia melakukan pemukulan terhadap korban dan bahkan menunjukkan korban secara langsung kepada dirinya disaat korban sementara santai di teras kos-kosan.

“Du yang tunjuk orang (korban-red) langsung. Waktu itu lagi duduk di teras,” ucapnya.

Sementara itu, selain telah memeriksa korban Bernardo Leluly, polisi juga telah meminta keterangan dari istri Bernardo yakni Marna Lamaloang dan salah satu saksi lainnya, yakni Elvis Pelasula serta tersangka Syarifudin Pellu. (Azmi)
Hukrim 7516371590030014187
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks