Dua Negeri Adat Beda Agama Galala-Hitu Lama Kembali Jalin Panas Pela | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Dua Negeri Adat Beda Agama Galala-Hitu Lama Kembali Jalin Panas Pela

BERITA MALUKU. Dua negeri adat berbeda agama di Maluku, desa Galala (Kristen) yang berada di wilayah kecamatan Baguala, kota Ambon dan negeri Hitu Lama (Islam) yang berada di kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, kembali menjalin hubungan kebersamaan mereka keempat kalinya dalam ikatan persaudaraan "Panas Pela," berlangsung di desa Galala, pada Selasa (20/10/2015).

Panas Pela kedua negeri itu berlangsung dalam rangkaian ritual adat, maupun hiburan rakyat hingga makan patita bersama yang dihadiri ribuan warga dari kedua negeri maupun unsur Pemerintah Daerah dan kota Ambon.

Penyelenggaraan Panas Pela desa Galala dan Negeri Hitu Lama pada tahun 2015 ini, diawali dengan sebuah rituil yang berlangsung di tugu Panas Pela desa Galala yang terletak di perempatan jalan kampung tersebut.

Rituil ditandai dengan minuman yang disajikan dengan dua buah wadah, terbuat dari tempurung kelapa yang kemudian dilakukan tos bersama antara kepala desa Galala dan Raja Hitu Lama. 

Hal itu menjadi tanda bahwa kedua negeri menyatakan sikap untuk tetap menjadi pela abadi sampai selama-lamanya.

Menurut Kepala Desa Galala, John van Capelle, Panas Pela dua negeri ini mulai terjalin sejak 1959.

"Panas pela desa Galala dan negeri Hitu Lama diawali dari perlombaan arumbai yang dislenggarakan oleh almarhum Kolonel Pieters dimana Desa Galala memesan arumbai di negeri Hitu Lama namun proses pembayaran ditolak oleh Raja Hitu Lama. Sejak itulah dibuat perjanjian Pela antara kedua negeri itu sampai saat ini," kata van Capelle.

Hal itu juga dibenarkan Raja Negeri Hitu Lama, Salhana Pelu yang ditemui media ini di sela-sela kegiatan tersebut.

Pelu menjelaskan bahwa pada tahun 1950an biasa dilakukan lomba arumbai.

"Waktu itu yang sering juara lomba adalah Hitu, padahal Galala itu bukan baru kenal laut. Mereka itu sudah terbiasa dengan laut dan fisik mereka juga bagus. Rasa penasaran itu membuat Galala memesan perahu dari Hitu. Setelah perahu itu jadi, saya punya opa yang saat itu menjabat raja tidak mau menerima uang dari Galala. Namun raja Hitu minta agar kedua negeri itu menjalin persahabatan dalam sebuah ikatan yang kemudian terbentuklah Pela sampai saat ini," jelas Pelu.

Panas Pela ini sebetulnya dilaksanakan di negeri Hitu Lama namun pada tahun 2015 ini bertepatan dengan program pemerintah Kota Ambon "Mangente Ambon" sehingga kepala desa Galala melakukan pendekatan kepada raja Hitu Lama untuk acara Panas Pela kedua negeri dilaksanalan di desa Galala.

"Saya berterima kasih kepada Raja Hitu Lama dan warganya yang sudah mengijinkan penyelenggaraan acara ini di Galala," kata van Capelle.

Acara ini juga boleh berjalan atas suksesnya penyelenggaraan Pesparawi Nasional XI dan program Pemerintah Daerah yang menjadikan Maluku sebagai laboratorium atau pusat kerukunan antar umat beragama.

"Kami dari dua negeri ini telah membuktikan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa kami telah mensukseskan program pemerintah provinsi maupu kota Ambon," katanya.

Staf Ahli Gubernur Maluku Bidang SDM, Bram Tomasoa yang mewakili Gubernur Maluku menjelaskan bahwa Panas pela adalah merupakan bagian dari kekayaan lokal patut dijaga sebagai modal dalam membangun kebersamaan.

"Persaudaraan sudah menjadi habitus orang Maluku dan wujudnya dapat dilihat pada panas pela antar kedua negeri ini, artinya kebersamaan dan persaudaraan sejati selalu tercermin dalam semangat hidup orang basudara, sebagai ungkapan "ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging dan sagu salempeng dipatah dua," katanya.

Dijelaskan bahwa Panas pela adalah tradisi perekat hubungan persaudaraan masyarakat adat di Maluku yang sejatinya adalah sebuah perjanjian damai atau angkat sumpah.

"Karena itu upacara panas pela dilakukan untuk mengingatkan kita pada masa lampau sekaligus menetralkan kembali hubungan persaudaraan yang sejak lama telah dijalin antara desa atau negeri sebagaimana saat ini dilakukan oleh saudara-saudara masyarakat dari negeri Galala dan negeri Hitu Lama."

Selain merupakan aktifitas yang mengikat hubungan persaudaraan dan persahabatan antara dua negeri atau lebih berdasarkan pranata adat. Tradisi panas pela juga menunjuk pada ikatan persaudaraan antara dua atau lebih negeri berdasarkan latar belakang agama baik antar negeri-negeri Kristen, negeri-negeri Islam maupun antar negemeri Islam dan Kristen.


Menurutnya, hubungan panas pela ini sudah ada jauh sebelum pengaruh penjajahan Belanda karena itu tradisi panas pela menjadi kekuatan mempersatu negeri-negeri di Maluku untuk saling membantu memerangi musuh terutama pada masa-masa penjajahan.

Selain itu ikatan pela juga dibuat untuk menghindari perkelahian atau menyatakan persahabatan sekaligus mengatasi perpecahan di antara masyarakat Maluku.

"Kita menyadari bahwa dewasa ini kecintaan masyarakat terhadap budaya sendiri semakin hari semakin luntur. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai akar budaya luhur ditambah pengaruh globalisasi dan modernisasi yang semakin menguat, secara tidak sadar membuat masyarakat kita lupa terhadap budayanya sendiri."

"Oleh karena itu tradisi panas pela mesti dimaknai sebagai bentuk kesadaran untuk bersatu mengalahkan segala hambatan dan tantangan serta komitmen bersama untuk menciptakan perdamaian sejati. Hal ini harus disadari oleh masyarakat Galala dan Hitu Lama maupun masyarakat Maluku pada umumnya."

Kepada generasi saat ini dan generasi akan datang diingatkan tentang ikatan yang telah dibuat oleh para leluhur. Upacara panas pela ini mesti menjadi fondasi yang kokoh bagi persatuan dan kesatuan, persaudaraan sejati yang saling menghormati, saling membantu dan saling menghidupkan yang satu dengan yang lainnya.

"Saya menyerukan kepada negeri-negeri adat di Maluku untuk menghangatkan kembali semangat persaudaraan antar negeri-negeri gandong maupun negeri-negeri pela sehingga diharapkan kesadaran sebagai sesama pela gandong disegarkan kembali. Saya yakin jika hubungan kekerabatan semakin kuat maka apapun upaya-upaya dilakukan oleh orang-orang tidak menginginkan Maluku hidup dalam kebersamaan dan persaudaraan sejati tidak akan membawa pengaruh apa-apa kepada masyarakat kita karena secara alami dan kultur persaudaraan itu sudah ada dan menjadi bagian dari hidup orang basudara."

Untuk diketahui, penyelenggaraan Panas Pela dua negeri ini difasilitasi oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon. (Bm 01)
Kebudayaan 4497086547938057604
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks