Guru di MBD Resah, Dua Tahun Dana Sertifikasi Belum Dibayarkan Disdikpora
http://www.beritamalukuonline.com/2014/05/guru-di-mbd-resah-dua-tahun-dana.html
Ambon - Berita Maluku. Guru acapkali diidentikkan dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Meski begitu, bukan berarti seluruh pengabdian tulus yang sudah dipatrikan para guru diabaikan begitu saja oleh pemerintah. Kondisi memilukan ini kini tengah menghantui hari-hari hidup ratusan lebih guru di Kabupaten Maluku Barat Daya. Maklum, sejak 2012 lalu hingga kini dana sertifikasi guru tak kunjung dibayarkan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten MBD.
’’Saya dapat informasi anggarannya (dana sertifikasi) sudah lama masuk ke rekening Disdikpora MBD, tapi entah kenapa belum dibayarkan dalam dua tahun terakhir ini. Kendalanya ada di mana, Disdikpora MBD jangan lari dari tanggung jawab dong,’’ kecam pengamat pendidikan Maluku Herman Siamiloy kepada Berita Maluku di Ambon, Minggu (11/5/2014).
Siamiloy menyebut bobroknya manajemen pendidikan yang dilakoni pejabat Disdikpora MBD sebagai biang keladi terkatung-katungnya penyaluran dana sertifikasi kepada guru-guru yang memang relatif membutuhkan dana tersebut untuk membiayai kebutuhan per hari mereka.
’’Hati pahit pejabat Disdikpora MBD mungkin sudah dimakan hewan. Kalau sampai dua tahun dana sertifikasi guru saja tak dibayarkan, bagaimana dengan hak-hak yang lain. Saya anggap hal kecil ini sudah membuktikan pengelolaan dunia pendidikan di MBD sangat amburadul dan sarat kepentingan proyek,’’ beber mantan Kepala Tata Usaha Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat itu.
Menurut Siamiloy, dana sertifikasi merupakan hak yang mesti diperoleh para guru setelah mereka berkarya bagi pencerdasan dan pemajuan anak-anak bangsa di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia macam MBD. ’’Jangan pikir dana sertifikasi itu tak dibutuhkan guru-guru di sana. Mestinya Disdikpora MBD lihat kondisi ini, jangan hanya mementingkan urusan pribadi dan urusan jalan-jalan dinas sementara kebutuhan guru yang berperan penting bagi pencerdasan anak bangsa diabaikan begitu saja. Ini sangat keterlaluan,’’ protesnya.
Ironisnya ketika ingin dikonfirmasikan Koran ini seputar amburadulnya pengelolaan dunia pendidikan MBD, Kepala Disdikpora MBD Andi Tetmilay berdalih dirinya baru kena musibah karena barang-barang bawaannya termasuk tas ransel berisi buku-buku dan surat-surat berharga baru kecurian setelah turun dari KM Maloli di Pelabuhan Gudang Arang Ambon, dua pekan lalu.
’’Maaf jua ade, beta pung barang-barang berharga di dalam tas orang baru pancuri akang, jadi beta seng fokus kasih keterangan pers, beta ada sengsara karena hanya pakaian di badan,’’ elaknya kepada Koran ini di Café Beta, Jalan Wem Reawaruw, Ambon. (ev/mg bm 015/bm 01)
’’Saya dapat informasi anggarannya (dana sertifikasi) sudah lama masuk ke rekening Disdikpora MBD, tapi entah kenapa belum dibayarkan dalam dua tahun terakhir ini. Kendalanya ada di mana, Disdikpora MBD jangan lari dari tanggung jawab dong,’’ kecam pengamat pendidikan Maluku Herman Siamiloy kepada Berita Maluku di Ambon, Minggu (11/5/2014).
Siamiloy menyebut bobroknya manajemen pendidikan yang dilakoni pejabat Disdikpora MBD sebagai biang keladi terkatung-katungnya penyaluran dana sertifikasi kepada guru-guru yang memang relatif membutuhkan dana tersebut untuk membiayai kebutuhan per hari mereka.
’’Hati pahit pejabat Disdikpora MBD mungkin sudah dimakan hewan. Kalau sampai dua tahun dana sertifikasi guru saja tak dibayarkan, bagaimana dengan hak-hak yang lain. Saya anggap hal kecil ini sudah membuktikan pengelolaan dunia pendidikan di MBD sangat amburadul dan sarat kepentingan proyek,’’ beber mantan Kepala Tata Usaha Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat itu.
Menurut Siamiloy, dana sertifikasi merupakan hak yang mesti diperoleh para guru setelah mereka berkarya bagi pencerdasan dan pemajuan anak-anak bangsa di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia macam MBD. ’’Jangan pikir dana sertifikasi itu tak dibutuhkan guru-guru di sana. Mestinya Disdikpora MBD lihat kondisi ini, jangan hanya mementingkan urusan pribadi dan urusan jalan-jalan dinas sementara kebutuhan guru yang berperan penting bagi pencerdasan anak bangsa diabaikan begitu saja. Ini sangat keterlaluan,’’ protesnya.
Ironisnya ketika ingin dikonfirmasikan Koran ini seputar amburadulnya pengelolaan dunia pendidikan MBD, Kepala Disdikpora MBD Andi Tetmilay berdalih dirinya baru kena musibah karena barang-barang bawaannya termasuk tas ransel berisi buku-buku dan surat-surat berharga baru kecurian setelah turun dari KM Maloli di Pelabuhan Gudang Arang Ambon, dua pekan lalu.
’’Maaf jua ade, beta pung barang-barang berharga di dalam tas orang baru pancuri akang, jadi beta seng fokus kasih keterangan pers, beta ada sengsara karena hanya pakaian di badan,’’ elaknya kepada Koran ini di Café Beta, Jalan Wem Reawaruw, Ambon. (ev/mg bm 015/bm 01)