Masyarakat Waspadai Gelombang Tinggi Tiga Meter di Laut Arafura
http://www.beritamalukuonline.com/2015/04/masyarakat-waspadai-gelombang-tinggi.html
Ambon - Berita Maluku. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pattimura Ambon menyatakan tinggi gelombang laut Arafura, Maluku, mencapai tiga meter sehingga rawan bagi pelayaran tradisional pada beberapa hari ke depan.
"Gelombang mencapai tiga meter itu berbahaya pelayaran armada tradisional maupun kapal motor penyeberangan (KMP)," kata Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon George Mahubessy di Ambon, Minggu.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut hanya dengan mengandalkan armada tradisional.
"Armada tradisional tersebut tidak kuat menahan gempuran ombak setinggi tiga meter sehingga lebih baik mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah laut," ujarnya.
Laut Arafura secara geografis berbatasan dengan Australia.
Sedangkan, kondisi cuaca di Kepulauan Aru umumnya cerah berawan dengan kecepatan angin 20 Km/jam.
Kondisi cuaca serupa juga terjadi di Kabupaten Maluku Tenggara, Kopta Tual, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD).
Cuaca di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan.
Kondisi cuaca berawan berpeluang terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT) dan Kabupaten Buru Selatan.
George mengemukakan, peringatan dini tersebut telah diteruskan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota hendaknya dipatuhi masyarakat.
"Jangan memaksakan diri berlayar sekiranya kondisi cuaca ekstrim. Langkah ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah laut," katanya.
Dia juga mengharapkan para bupati dan wali kota agar mengimbau perusahaan penyedia maupun pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan perubahan cuaca secara ekstrim sehingga tidak memaksakan diri berlayar.
Dalam kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.
Sebelumnya, Gubernur Maluku Said Assagaff telah memperingatkan sembilan bupati dan dua wali kota agar mengantisipasi kerawanan musim hujan dengan bahaya banjir dan tanah longsor pada awal Mei hingga Agustus 2015.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan indeks kerentanan bencana periode 2013-2018 menempatkan Maluku dalam skor 187 atau masuk dalam kelas risiko tinggi nomor dua setelah Provinsi Sulawesi Barat. (ant/bm 10)
"Gelombang mencapai tiga meter itu berbahaya pelayaran armada tradisional maupun kapal motor penyeberangan (KMP)," kata Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon George Mahubessy di Ambon, Minggu.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut hanya dengan mengandalkan armada tradisional.
"Armada tradisional tersebut tidak kuat menahan gempuran ombak setinggi tiga meter sehingga lebih baik mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah laut," ujarnya.
Laut Arafura secara geografis berbatasan dengan Australia.
Sedangkan, kondisi cuaca di Kepulauan Aru umumnya cerah berawan dengan kecepatan angin 20 Km/jam.
Kondisi cuaca serupa juga terjadi di Kabupaten Maluku Tenggara, Kopta Tual, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD).
Cuaca di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan.
Kondisi cuaca berawan berpeluang terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT) dan Kabupaten Buru Selatan.
George mengemukakan, peringatan dini tersebut telah diteruskan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota hendaknya dipatuhi masyarakat.
"Jangan memaksakan diri berlayar sekiranya kondisi cuaca ekstrim. Langkah ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah laut," katanya.
Dia juga mengharapkan para bupati dan wali kota agar mengimbau perusahaan penyedia maupun pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan perubahan cuaca secara ekstrim sehingga tidak memaksakan diri berlayar.
Dalam kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.
Sebelumnya, Gubernur Maluku Said Assagaff telah memperingatkan sembilan bupati dan dua wali kota agar mengantisipasi kerawanan musim hujan dengan bahaya banjir dan tanah longsor pada awal Mei hingga Agustus 2015.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan indeks kerentanan bencana periode 2013-2018 menempatkan Maluku dalam skor 187 atau masuk dalam kelas risiko tinggi nomor dua setelah Provinsi Sulawesi Barat. (ant/bm 10)