Kasus Anak Bupati SBB Sengaja Dipolitisasi Pihak Tertentu | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

Kasus Anak Bupati SBB Sengaja Dipolitisasi Pihak Tertentu

Ayu Puttileihalat: Saya Tak Mencaci Maki, Pemberitaan Media Sepihak

Ambon - Berita Maluku. Ayu Puttileihalat, 18, putri pasangan Jacobus Puttileihalat dan Ratna Puttileihalat, menilai pemberitaan-pemberitaan selama ini tentang kasus di jalan raya yang menimpa mobil yang dikemudikannya terlalu dibesar-besarkan serta lebih banyak menyudutkan diri dan keluarganya.

’’Pemberitaan selama ini dilansir kalau saya yang memaki (bamaki), padahal saya tak mencaci maki istri Raja Hitu (yang diketahui anggota Polisi Wanita). Kalau saya marah-marah oke, karena memangnya mobil saya yang ditabrak, bukan mobil bapak itu (Raja Hitu). Herannya pemberitaan selama ini saya yang tabrak mobil mereka, padahal terbalik, pengemudi yang katanya Raja Hitu yang tabrak mobil saya,’’  tepis Ayu didampingi ibundanya, Ratna Puttileihalat kepada Berita Maluku di Café Panorama, Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Ambon, Kamis (4/12/2014) malam.

Ayu menuturkan selama ini pemberitaan-pemberitaan media cetak terkesan sepihak dan sengaja digunakan untuk kepentingan tidak jelas karena dirinya anak Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Jacobus ’Bob’ Puttileihalat.

’’Waktu kejadian itu saya tak bilang kalau saya anak Bupati SBB. Kenapa diberitakan saya anak Bupati SBB lantas tidak ditaruh nama saya yang sebenarnya’’.

Ayu juga menampik pemberitaan beberapa media cetak lokal dan media online nasional, bahwa ketika dalam pemeriksaan di Kepolisian Resort Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease di Perigi Lima, Senin (1/12) kemarin, dirinya berupaya kabur dan hanya diperiksa beberapa jam saja.

’’Saya diperiksa mulai pukul 11.30 WIT sampai pukul 23.30 WIT, jadi sangat lama. Waktu itu pak polisi suruh saya makan, dan karena sudah lapar, saya pulang rumah untuk makan. Saya tidak kabur seperti yang diberitakan. Suasana waktu pemeriksaan juga buat saya tak enak dan tak nyaman, karena banyak orang masuk keluar ruangan pemeriksaan seenaknya, termasuk yang pegang-pegang kamera, saya tak tahu apakah itu wartawan atau tidak. Harusnya kan waktu itu saya diperiksa atau dimintai keterangan dalam ruangan tertutup, tenang, tak mengganggu saya,’’ keluhnya.

Ayu mengisahkan awalnya dirinya hendak pulang rumah di Kebun Cengkih, Kecamatan Sirimau, Sabtu (28/11/2014). Namun, di tengah perjalanan, ajudan Bupati SBB Marthin Halauwela menelepon,

’’Katanya ayah saya suruh ikut ke Amboina City Center (ACC) untuk temani makan malam karena saat itu ayah lagi sendirian dan ingin ditemani makan saya’’. 

Hendak ke ACC dengan berkendara Hirelux DE 5043 B, Ayu ditemani rekan karibnya, Becky Hiariej, menuju pusat perbelanjaan modern di Passo, Kecamatan Baguala, itu. Saat itu mobil yang dikemudikan Ayu berada persis di belakang mobil Avansa hitam yang dikendarai Raja Hitu.

’’Waktu itu saya dan Becky menertawai pengemudi mobil di depan kami karena seperti orang yang baru mencoba membawa mobil. Saya mencoba melewati mobil Avansa itu, tapi ketika mobil angkot berhenti di Jembatan Gurita (Lateri), saya pun tiba-tiba berhenti dan saya merasa mobil di belakang saya menabrak mobil yang saya kemudikan. Tapi, saya mencoba diam saja, dan ingin memutar haluan untuk meninggalkan mobil tersebut, meski mobil itu telah menabrak mobil saya’’.

’’Sebelum sampai di loket ACC, tak ada reaksi dari pengemudi dan orang yang menumpang mobil itu. Tapi persis saat saya mengambil karcis, karena yang dilihat dari pengemudi mobil Avansa tangan anak kecil, istri pengemudi keluar dan mengatakan dia itu Polwan. Saya sendiri tak tahu apakah dia itu polwan atau tidak karena waktu itu orangnya pakai pakaian preman’’.

’’Terus ibu itu minta SIM saya. Saya tak mau kasih karena saya bilang kecuali Polantas baru saya kasih (SIM). Suami ibu itu tak bilang apa-apa, padahal dia yang menabrak mobil yang saya kemudikan, tapi yang terus ngotot istrinya, padahal istrinya tak menyetir mobil’’.

’’Saya juga diancam oleh ibu itu kalau nanti orang Hitu akan cari saya di Kota Ambon. Loh, kok urusan pribadi dibawa ke urusan lain (politik), ini tak menghasut orang. Apa urusan saya dengan orang lain’’.

Selaku orangtua Ayu, Ratna mengecam sikap istri Raja Hitu yang dinilainya provokatif dan terkesan tak punya etikad baik menyelesaikan masalah sepele itu.

’’Kalau dia bilang dia itu Polwan, kenapa dia tak bisa mengayomi dan memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat. Jangan mentang-mentang Polwan lalu arogan dan semena-mena terhadap masyarakat, apalagi kepada anak-anak. Ayu ini kan masih kategori anak-anak, sehingga penyelesaian masalahnya harus lebih bersifat kekeluargaan sebagai orang Maluku. Bagi saya ini provokasi gaya baru yang coba dimainkan ibu itu. Dia kan orang luar Maluku, kenapa dia harus bawa-bawa orang Maluku agar terlibat perselisihan panjang’’.

Ratna menduga ada pihak-pihak tertentu yang mencoba bermain di air keruh untuk memperuncing kasus yang menimpa anaknya.

’’Kalau pakai pendekatan kita orang Maluku, entah Muslim atau Kristen, ini hanya kasus biasa, bisa diselesaikan baik-baik dan secara kekeluargaan. Tapi, karena ada yang memanfaatkan karena Ayu ini anak pejabat, sehingga terkesan berita dipolitisasi dan dijadikan lahan kepentingan tertentu’’. (bm12/bm01)
Pilihan 1357998589998160848
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks